Denim, kain yang tahan lama dan serbaguna, memiliki sejarah yang kaya selama berabad-abad dan telah berevolusi dari pakaian kerja sederhana menjadi pakaian utama fesyen.
Denim adalah kain kepar katun tahan lama yang biasanya ditandai dengan pola ribbing diagonal atau "wajah lusi". Bahan utamanya terbuat dari serat kapas, meskipun beberapa variasi mungkin menggunakan sebagian kecil serat lain atau bahan sintetis untuk menambah regangan atau daya tahan.
Beberapa karakteristik utama yang menentukan apa yang dianggap sebagai denim, diantaranya: kandungan kapas setidaknya 90% katun, ditenun dengan pola kepar, yang menciptakan tekstur atau garis diagonal yang berbeda pada permukaan kain, berat denim diukur dalam ons per yard persegi (oz/yd²) dan secara tradisional, denim diwarnai menggunakan indigo, pewarna biru tua.
Maskipun denim secara tradisional menggunakan pewarna biru tua. Namun, denim mengacu pada ciri khas kain tenun kepar, yang dapat dibuat dalam berbagai warna, termasuk hitam.
Denim terkenal dengan daya tahannya dan pola ribbing diagonal bisa digunakan untuk membuat berbagai macam pakaian, tidak hanya jeans. Bisa digunakan untuk jaket, kemeja, rok, dress, dan lainnya.
Nah, dalam artikel ini, kita akan melakukan perjalanan menelusuri sejarah denim yang menakjubkan dan transformasinya menjadi pernyataan fesyen yang ikonik.
1. Berasal di Perancis
Kisah denim dimulai di Perancis, dimana kain kokoh yang disebut "serge de Nîmes" pertama kali ditenun di kota Nîmes pada abad ke-17. Kata "denim" sendiri diyakini merupakan kependekan dari "de Nîmes". Kain ini terbuat dari katun dan wol kepar, dan menjadi dasar dari apa yang sekarang kita kenal sebagai denim.
2. Peran Levi Strauss
Titik balik sebenarnya bagi denim terjadi ketika denim melintasi Atlantik menuju Amerika Serikat. Pada pertengahan abad ke-19, seorang imigran Bavaria bernama Levi Strauss tiba di San Francisco. Ia bermitra dengan seorang penjahit bernama Jacob Davis, yang telah mengembangkan metode memperkuat celana dengan paku keling logam.
Bersama-sama, mereka menciptakan celana jeans denim pertama pada tahun 1873, yang dirancang agar tahan lama dan nyaman bagi para pekerja selama Demam Emas.
3. Denim sebagai Pakaian Kerja
Awalnya, denim terutama diasosiasikan dengan pakaian kerja dan aktivitas luar ruangan yang berat. Penambang, koboi, dan buruh mengandalkan jeans denim karena daya tahan dan kepraktisannya. Warna biru ikonik yang berasal dari pewarna indigo menjadi identik dengan denim.
4. Hollywood dan Budaya Pop
Denim mendapatkan popularitas di luar dunia kerja, sebagian berkat Hollywood. Pada pertengahan abad ke-20, aktor seperti James Dean dan Marilyn Monroe mengenakan denim dalam peran ikonik, menjadikannya simbol pemberontakan dan budaya anak muda.
Tampilan "jeans and T-shirt" menjadi fashion statement yang tak lekang oleh waktu.
5. Denim dalam Mode Kelas Atas
Pada tahun 1960an dan 70an, denim menjadi mode kelas atas. Desainer seperti Yves Saint Laurent dan Calvin Klein memasukkan denim ke dalam koleksi mereka, mengaburkan batas antara pakaian kerja dan busana. Jaket denim, rok, dan gaun menjadi item trendi di setiap lemari pakaian yang sadar mode.
6. Distressed Denim dan Desainer
Tahun 1980-an membawa model distressed denim ke permukaan, dengan merek seperti Guess dan Calvin Klein memperkenalkan teknik stone-washing dan acid-washing. Jeans desainer, seperti merek seperti Versace dan Dolce & Gabbana, menjadi simbol status.
Distressed denim merupakan celana denim yang dibuat atau ditata agar terasa lebih vintage, santai, dan usang. Jeans yang rusak mungkin memiliki robekan, robekan, pinggiran berjumbai, atau warna nila yang memudar.
7. Denim Hari Ini
Denim terus berkembang dan beradaptasi dengan tren fashion masa kini. Dari skinny jeans hingga boyar jeans, dari raw denim hingga jegging, selalu ada gaya denim untuk setiap selera dan kesempatan.
Denim berkelanjutan, dibuat menggunakan proses dan bahan ramah lingkungan, juga mendapatkan popularitas sebagai respons terhadap permasalahan lingkungan.
Kesimpulan: Denim telah berkembang pesat sejak awal mulanya sebagai pakaian kerja di Perancis pada abad ke-17. Ini telah melampaui batas-batas sosial dan budaya untuk menjadi fashion pokok global. Daya tahan, kenyamanan, dan keserbagunaannya memastikan denim akan tetap menjadi kain favorit bagi generasi mendatang, yang terus beradaptasi dengan dunia mode yang terus berubah.